· Margaretha Geertruida "Grietje" Zelle MacLeod (Mata Hari)
Mata Hari adalah nama panggung dari penari erotis Margaretha Geertruida "Grietje" Zelle MacLeod (lahir 7 Augustus 1876, di Leeuwarden dan meninggal15 October 1917, di Vincennes),. Semenjak tahun 1889 orang tuanya jatuh miskin dan bercerai , tak lama kemudian ibunya meninggal pada tahun 1891, Keluarga Mata Hari kemudian saling berpisah dan dia ikut dengan kakeknya, Heer Visser, at Sneek. Dan tinggal di Bersama kakeknya di Leiden,
· Menetap di Indonesia Pada usia 16 tahun Mata Hari menikah dengan Dutch Colonial Army officer Rudolf John MacLeod di Amsterdam pada 11 July 1895. Mereka berdua pindah ke Jawa dan memiliki dua putra, yaitu Norman-John (30 January 1897, Amsterdam - 27 June 1899) dan Jeanne-Louise (2 May 1898, Java - 10 August 1919).
Pernikahan itu ternyata mengecewakan Mata Hari karena MacLeod, adalah peminum alcohol yang kejam dan sering menyiksa dia, dan kehidupan semacam ini dijalankan hamper separo hidupnya. Akhirnya dia melarikan diri hingga jatuh ke pelukan tentara kolonial lainnya yang bernama Van Rheedes. Di tempat Van Rheedes dia mempelajari budaya jawa secara intensif termasuk tarian jawa dan memberi nama dirinya sendiri dengan sebutan Mata Hari.
Tahun 1902 Mata Hari kembali ke Belanda dan pada tahun 1903 dia merantau ke Paris dan bekerja sebagai penunggang kuda di sirkus dan masih membawa nama Nona Mac.Leod. Tak lama kemudian dia memposisikan diri sebagai artis model. Mulai tahun 1905 dia mulai menampilkan tarian eksotis dengan menggunakan nama Mata Hari bersama dengan Isadora Duncan dan Ruth St. Denis, sambil belajar tarian modern.
Pada pementasan tanggal 3 Maret 1905, menjadi malam yang sukses bagi Mata Hari tang pentas di Musée Guimet dan mulai dekat dengan jutawan Lyon industrialist Emile Etienne Guimet, Sejak saat itu dia menjadi wanita terkenal di Paris, berkat tarian eksotisnya, yang mulai diterima warga Paris, dan mulai saat itu tarian Eropa menjadi pudar namanya, digantikan dengan tarian eksotis dari Dutch East Indies (Negara jajahan Belanda).
Mulai tahun 1910, sebuah kritik mulai merebak ke publik Paris, yang menganggap tarian eksotis Mata Hari, sebagai tarian murahan dan melanggar nilai dasar seni. Meskipun saat itu Mata Hari mulai berkelana ke seluruh daratan Eropa untuk misi sosialnya. Namun banyak lembaga budaya yang mengecamnya dan menuduh dia sebagai dancer yang tidak mengerti seni dancing.
Namun Mata Hari telah terlanjur dekat dengan petinggi, diah tidak hanya dikenal sebagai penmari erotis, tetapi lebih dari itu dia dikategorikan sebagai wanita elit. Sehingga bias dekat dengan para petinggi militer di berbagai Negara Eropa. Dengan kelebihan semacam itu, dia bebas keluar masuk batas negara satu dan lainnya.
· Agen Ganda Selama PD I, Belanda bersikap netral. Mata Hari dengan sendirinya bebas bepergian ke mana saja, apalagi dia dekat denga petinggi militer di banyak Negara Eropa. Maka untuk menghindari medan perang dia bersafari dari Perancis menuju Belanda melewati Spanyol dan Inggris dan banyak menarik perhatian public. Situasi yang demikian berhasil membawanya dekat dengan petinggi militer Inggris dan mendapat tawaran untuk menjadi mata-mata, yang tugasnya mengcounter mata-mata Perancis, dengan cara dia berpura-pura gabung sebagai agen rahasia Perancis,
Tahun 1917, tepatnya pada Bulan Januari, sebuah radio Jerman menstransmisikan ke Berlin yang isinya melaporkan aktifitas mata mata yang berkode H-21. Transmisi tersebut berhasil di sadap oleh mliter Perancis dan berhasil membongkar kode H-21,yang ternyata adalah kode untu Mata Hari.
Pada tanggal 13 Pebruari tahun 1917 Mata Hari di tahan di Hotel Plaza Athénée Paris. Da saat itu dia diuji oleh militer Perancis untuk melakukan kontraspionase terhadap militer Jerman, untuk menyelamatkan 50.000 tentara PerancisShe was put on trial, accused of spying for Germany and consequently causing the deaths of at least 50,000 soldiers. Namun dia berkhianat terhadap Perancis, dan akhirnya di eksekusi pada tanggal 15 Oktober 1917 pada umur 41 tahun.
· María Eva Duarte de Perón (Eva Peron)
Sejarah telah mencatat pula, bahwa seorang penyanyi panggungpun mampu berhasil menjadi pemimpin dan ibu negara yang dekat dengan rakyatnya.Sebut saja María Eva Duarte de Perón lahir di Los Toldos sebuah desa terpencil di Argentina Tahun 1919. Eva Peron merupakan istri ke dua dari President Argetina Juan Perón (1895–1974). Pada tahun 1934, tepatnya pada usia 15 tahun Eva hijrah ke Buenos Aires da berkarir di panggung hiburan dan menjadi aktris radio dan film. Pada Tanggal 22 Januari 1944 Eva berkenalan dengan Kolonel Juan Peron. Satu tahun kemudian merekapun menikah dan pada Tahun 1946 Juan Peron terpilih sebagai Presiden Argentina.
Selama 6 tahun mendampingi Juan Peron, Eva Peron menjadi ibu negara yang sangat berkuasa. Bahkan telah diberi amanah oleh Rakyat Argentina menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Kesehatan. Oleh karena itu dimanapun dia berada selalu menyerukan isu hak hak buruh.. Selain itu Eva Peronpun mendirikan yayasan yang bergerak di perlindungan terhadap perempuan. Tak lama kemudian dia mendirikan Partai Perempuan Peron (Female Peronist Party ). Kiprah tersebut membuatnya dia terpilih menjadi wakil presiden Argentina pada Tahun 1951, untuk mendampingi suaminya sebagai Presiden Argentina.
Kemashuran Eva Peron rupanya tak berlangsung lama setelah diagnose dokter menemukan sebuah kanker ganas menyerang serviknya. Sehingga pada Tanggal 26 Juli 1952 Eva Peron meninggalkan Rakyat Argentina untuk pulang selama-lamanya. Menyisakan keharuan yang besar sekali bagi rakyatnya karena sentuhan kemanusiaannya yang begitu membekas selama memimpin mereka.
· Sri Mulyani
Berbeda dengan Mata Hari dan Eva Peron, Sri Mulyani meniti karirnya dari kepiawaiannya di bidang moneter hingga menjabat sebagai Menteri Keuangan di era pemerintahan SBY yang ke II. Meski sekarang Sri Mulyani berfigur sebagai petinggi nasional bahkan termasuk wanita berpengaruh di tingkat dunia, dengan analisis moneternya yang tajam dan akurat, serta berhasil memposisikan Indonesia dalam hubungan yang baik dengan IMF, namun tetap saja Sri Mulyani adalah figur yang sederhana.
Kesederhananya ini berkat tempaan dan penanaman sikap dari almarhum Prof Dr Satmoko, yang menjadi guru besar di IKIP Semarang (sekarang UNES), yang diantara masyarakat akademisi lembaga tersebut dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan “njawani”. Sehingga tidak mengherankan bila sekarang meski Sri Mulyani seorang petinggi nasional dan dunia (Mentri Keuangan terbaik seantero Asia,Th 2006), namun dia bukan figur yang dimaskotkan dengan tempat tinggal gedongan, mobil mewah dan hedonisme, seperti yang sekarang telah menjadi peradaban baru diantara mereka.
Karir seorang petinggi yang melejit, bukan saja dibangun dari kompetensi bidang yang ditekuni, tetapi juga dipoles oleh sebuah tindak perilaku yang diterima sebuah komunitas menyangkut kejujuran, totalitas, nasionalisme dan kredibilitas terhadap aturan main yang berlaku dan untuk ini Sri Mulyani telah memilikinya. .Hal inipun diakui oleh mantan guru-gurunya saat Sri Mulyani belajar di SMA N 3 Semarang, ataupun oleh keluarga-keluarga terdekatnya yang sekarang masih tinggal di Semarang.
Dalam menghadapi badai perseteruan politik yang memuatinya pada kasus bail-out Bank Century, yang membahana dari akhir tahun 2009 ‘ diapun tetap tangguh dan menganggapnya sebagai ujian untuk figur petinggi suatu negara. Meskipun ancaman politik dari lawan politiknya tidak tanggung-tanggung sudah ke arah pemidanaan kasus bail-out hingga kini. Sri Mulyani tetap memandang bahwa hal inipun memang pernah dialami oleh hampir setiap petinggi yang menjabat di negara manapun. Apabila Sri Mulyani tidak melewati tahap “Pementasan Sandiwara Politik” seperti itu, barangkali dia tidak setangguh kini.
Adalah hal yang dapat dipandang sebagai prestasi yang spektakuler, bila mencermati seorang putra bangsa yang megasetkan dengan sendirinya ke blantika dunia internasional seperti Sri Mulyani ini. Bila toh sebagian politisi Indonesia masih ada yang menyangsikan Nasionalisme Sri Mulyani, adalah suatu analisa yang salah. Sebab tawaran sebagai Managing Director of World Bank sudah dia terima jauh jauh hari , namun baru tahun ini dia sanggupi, dengan alasan krisis moneter di Indonesialah yang perlu dia tangani terlebih dahulu. Bahkan diapun telah berjanji untuk tidak melupakan dan akan kembali ke Indonesia lagi. Hal ini adalah sebuah bukti, bahwa Sri Mulyani adalah nasionalis tulen.
Sri Mulyani meraih gelar Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia pada Tahun 1981 – 1986. Karir pendidikanya itu diteruskan pada Tahun 1988 – 1990 di University of lllinois Urbana Champaign, U.S.A dan mendapat gelar Master of Science of Policy Economics dan selama 1990 – 1992 meneruskan karir pendidikannya di University of lllinois Urbana-Champaign, U.S.A. dan meraih gelar Ph. D of Economics. Selama kiprahnya di dunia yang ditekun, telah tak terhitung jurnal laporan ilmiah yang dipublikasikan, narasumber di seminar ilmiah dalam dan luar negeri serta seareg penghargaan lainnya. Namun dia tetap bersahaja.
Hal ini disebabkan karena penghargaan ilmiah bagi dirinya adalah hal yang wajar, lantara dia dibesarkan di tengah keluarga akademisi yang juga sarat dengan prestasi akademis. Maka sematan yang disandang sebagai wanita yang berpengaruh di Indonesia dan dunia internasonal tidak membuat dia gegabah, lupa diri dan takabur. Sesuai dengan sifat budaya manusia Indonesia yang santun, sederhana, ramah, peduali sesama dan terbuka. Semoga saja di masa mendatang akan lahir Sri Mulyani lainnya dari kandungan Ibu Pertiwi.
1 komentar para sahabat:
PERTAMAX...
nice post....
Posting Komentar
Saya akan selalu menerima komentar, kritik, dan saran anda, jika anda berkomentar tampa PORN serta SPAM dan jangan pernah meninggalkan link pada kotak komentar.
Terimakasih atas partisipasi anda.
Jangan Lupa Follow Blog ini!!!